GANTI KE TEMPAT LAIN

~ 1 ~
GANTI KE TEMPAT LAIN

SEJATINYA, cowok dan cewek adalah dua Makhluk yang saling bertolak belakang dalam hubungan percintaan. Seperti yang satu ini, kebanyakan cewek kalau saat diputusin pacarnya, mereka akan: 1) langsung nangis histeris (kalau pacarnya kaya), 2) teriak dan bertindak anarkis (kalau pacarnya anak SMK, langsung diajak tawuran), 3) dan ada juga yang langsung memperpanjang STNK. seperti yang terjadi pada teman aku, Fenita. Dia baru saja diputusin oleh pacarnya saat pulang nonton bioskop, cowoknya bilang: ‘sayang kita mulai saat ini putus ya, maaf.’ Dan reaksi fenita pun adalah: ‘HAH putus sayang! Salah apa aku, kurang apa aku dimata kamu! Kamu jahat!, setelahnya Fenita langsung nangis histeris ditempat dan mengobrak-abrik toko penjual pop corn lalu besoknya mengajak pacarnya yang sekarang sudah jadi mantan tawuran dengan geng di sekolahnya.
Cewek setelah baru mendengar ajakan putus dari pacarnya, mereka akan shock dan langsung nangis. Dua-tiga hari berikutnya mereka masih larut dalam kesedihan, empat-lima hari berikutnya mereka akan sudah biasa-biasa saja, seminggu berikutnya mereka sudah move on, dan dua minggu berikutnya mereka sudah punya pacar baru. Itulah yang terjadi pada diri seorang cewek.
Dan hal tersebut sangatlah bertolak belakang dengan para cowok. Kebanyakan cowok kalau baru saja diputusin pacarnya, mereka akan biasa-biasa saja, tidak mengeluarkan reaksi yang berlebihan begitu juga seperti yang temenku Fandi alami. Saat itu pacarnya tiba-tiba BBM, dan bilang: ‘kita sudah gak cocok, kita
~ 2 ~
putus ya,’ kemudian Fandi cuma menjawab: ‘iya, oke kalau itu maumu!’. Cowok memang ketika diputusin pacarnya, dihadapan pacarnya akan bersikap sok cool, seolah ini bukanlah hal yang membuatnya masalah. Walaupun mereka sudah pacaran ribuan tahun lamanya, sang cowokpun tidak akan nangis histeris didepan pacarnya. Akan tetapi dibalik sikap cowok yang cool pas diputusin pacarnya, setelahnya mereka akan berperilaku yang berbeda dengan cewek yang baru diputusin. Seminggu berikutnya, setelah putus mereka biasanya dikamar hanya bilang ‘oh aku sudah putus ya, jomblo deh HAHA’, dua minggu setelahnya mereka mulai merasa kesepian, tiga minggu berikutnya mereka mulai nangis dikamar sambil garuk-garuk tembok, empat minggu berikutnya biasanya lebih parah: mereka nangis di WC sambil mengorek-orek isi jamban, dan lima minggu berikutnya mereka mati.
Kurang lebih hal tersebut sama halnya dengan yang terjadi dengan diri aku, sehari setelah aku diputusin, aku masih biasa-biasa aja. Seminggu setelahnya aku dikamar cuma bisa melamun dan bilang: ‘aku baru diputusin, HAHA jomblo.’, dua minggu setelahnya mulai kesepian melanda, Chatt yang selalu ramai tiap malam menjelang tidur berganti menjadi sepi. Tiga minggu setelahnya aku mulai galau, dan mencoba menggali liang dibelakang rumah sedalam-dalamnya sebagai tempat bersembunyi di malam hari., terutama untuk perlindunganku di malam minggu. Lalu sebulan setelahnya aku mengasingkan diri ke Rengasdengklok.
Dan dia yang baru mutusin aku, dia hidupnya bahagia-bahagia saja seperti gak ada beban sama sekali. Malah terlihat lebih bahagia tanpa aku, seolah dia telah mengeluarkan bakteri dari dalam tubuhnya yaitu aku. Suatu malam ketika beberapa belas hari setelah momen aku diputusin, aku kepoin instagram
~ 3 ~
dia, kulihat foto-foto tentang aku dan dia dulu sudang menghilang tanpa bekas. Berganti foto bersama pacar barunya, gila men sakit banget! Lebih sakit dari pada waktu aku sunat dulu kelas 5 SD, iya sih memang lebih sakit daripada aku sunat karena waktu dulu aku sunatnya pake gunting pemotong rumput. Tapi untungnya junior aku ini hasilnya bagus, mulus, dan mengkilat seperti helm KYT Dj maru. Oke berhenti ngomingin helm KTY Dj maru!.
Memang sih terlihat saat itu pacar baru mantan aku ini terlihat lebih ganteng 0,0001% dibanding aku, terlihat mukanya bersih, berbanding terbalik dengan muka aku yang mirip jalan makadam menuju pantai goa china. Barang-barangnya terlihat mewah, kulihat dia berfoto dengan pose sok memperlihatkan jam tangan barunya yang bermerk Swiss Army, berbanding terbalik dengan jam punyaku yang seharga 30 ribuan yang kubeli di tangga masuk Matahari Departement Store, yang sekarang sudah digusur Satpol PP entah kemana. Tampak dia juga mengajak mantan aku ini ke salah satu café yang lagi hits saat itu, mereka saling selfie berdua sambil memfoto satu persatu makanan yang mereka beli. Berbanding terbalik dengan aku sama dia dulu waktu pacaran ke café paling mentok beli es teh satu diminum bertiga, sekalian join sama tukang parkir.
Beberapa puluh hari kemudian setelah tragedi momen putus aku, aku merasa sepi yang amat sangat. Berhubung dirumah aku gak punya kakak ataupun adik, aku jadi jarang berinteraksi dengan makhluk yang lain, berbeda saat aku punya pacar. Sampai akhirnya aku membuka Playstore dan menemukan salah satu aplikasi yaitu sim-simi, sim-simi adalah sebuah aplikasi chatting yang ketika kita chatt dia langsung otomatis ada yang membalas, dan tak jarang yang diobrolkan juga nyambung. Aplikasi ini cocok banget buat para jomblo kesepian terutama aku
~ 4 ~
saat itu, entah mungkin yang menciptakan aplikasi ini dia jomblo juga kali ya?. Akan tetapi sim-simi tetaplah sim-simi dia hanyalah aplikasi yang tidak memiliki perasaan, dan tidak bisa diajak ketemuan, dan tidak bisa diajak ciuman saat sudah jadian. Tidaklah bisa menjadi pengganti seseorang yang dulu pernah ada dihati aku. Terakhir kali akau chatt sama aplikasi ini adalah,
Aku: hai apakabar?
Sim-simi: baik, kamu gimana?
Aku: aku ganteng gak?
Sim-simi: ganteng kok jika dibanding Andika kangen band kalau habis kena radiasi nuklir.
Aku: terus aku kapan ya punya pacar?
Sim-simi: 53 tahun lagi
Setelah chatt diatas, langsung aku uninstall aplikasi itu.
Hari demi hari hidup dalam kejombloan terasa sangat lama bagi aku saat itu, berbeda ketika masa-masa pacaran yang terlihat sangat cepat berjalan. Apalagi pressure yang berat dalam menerima ejekan dari teman-teman yang lain saat malam minggu. Pada suatu malam minggu setelah isya’ salah satu temenku menghubungi lewat BBM, dia ngajak aku Double date sama pacar barunya, katanya, ‘dib ayo keluar bareng, aku sama pacarku, kamu sama pacar kamu!’, lantas aku menjawab, ‘maaf kayaknya gak bisa deh aku kan gak punya pacar, masa aku harus ngajak tukang ibu-ibu jualan sempol di sebelah rumah itu?!’
Berhubung aku saat itu lagi gak ada pacar, dan aku gak mungkin juga ngajak ibu-bu penjual sempol disebelah rumah untuk keluar
~ 5 ~
jalan bareng, selain dia jelek banyak selulit di perutnya dia juga sudah punya suami. Seiring dengan banyaknya temen yang ngajak double date pada malam minggu akupun menolaknya satu persatu.
Tidak dipungkiri setiap cowok yang belum move on dari mantannya mereka akan selalu mencoba menghubungi dari berbagai macam cara, ataupun sekadar mencari-cari tahu dia lagi apa sekarang. Dan alasan kebanyakan cowok belum move on pun beragam: teman aku 2 tahun gak bisa move on dari mantanya karena mantannya kaya banget, (aku baru tahu kalau mantanya adalah Syahrini) UUH Sesuatuhh… , adalagi teman aku yang lama banget gak bisa move on karena pacarnya adalah salah satu pengusaha batu bara di Kalimantan, dan adalagi satu temen akau yang gak bisa move on dari mantan ceweknya karena dia dihamili oleh ceweknya. Loh kok bisa jadi gini!
Tapi aku berbeda alasan gak bisa move on disbanding temen-temenku yang lain, alasanku adalah aku jelek banget sedangkan dia cantik banget. Mungkin alasan dia nerima aku jadi pacarnya adalah waktu itu dia lagi kena katarak.
Akupun sama halnya dengan kebanyakan cowok yang gak bisa move on, hari aku ngelihatin profile facebooknya, timeline twitternya, profil instagramnya. Aku baru sadar jika kita semakin kepo akan mantan kita maka akan bertambah sakit pula
~ 6 ~
penderitaan kita. Sampai pada akhirnya aku sudah gak lagi kepoin sosial media miliknya, bukan karena aku sudah move on dari dia, tapi karena paketanku habis dan gak mampu beli. Akan tetapi aku percaya setiap cewek yang pernah mutusin cowok, dia akan tetap ada perasaan ke cowoknya walaupun cuma sebesar molekul atom, apalagi jika hubungannya pernah terjalin lumayan lama.
Sampai pada suatu hari dimana beberapa bulan setelah aku UNBK (Ujian Naional Berbasis Komputer), aku baru saja pulang dari tes masuk perguruan tinggi negeri, baru sekitar setengah jam aku menginjakkan kaki di rumah dan bersiap beristirahat di kamar karena capek seharian mikirin soal tes. Tiba-tiba petir menyambar diatas rumah, seolah akan ada badai yang buruk. Ternyata hari itu cerah dan gak mungkin juga ada badai, aku terlalu mendramatisir keadaan. Ibu aku yang lagi membersihkan tanaman di depan rumah menghampiriku yang berada di kamar, dan bilang, ‘dib itu mantan kamu ada di depan rumah, kayaknya mau kesini tapi gak berani masuk,’
‘HAH masa sih bu! Mau ngapain coba,’ aku kaget seperti adegan sinetron indosiar. Kita memang sudah 2 bulan tak bertemu, dan tak pernah berkomunikasi walaupun satu hurufpun melalui sosial media.
‘iya lihat aja sendiri didepan rumah.’ Jawab ibu, ‘yaudah temuin sana! Siapa tahu dia mau melunasi hutangnya yang berjuta-juta itu.’ Tambah ibu dengan mukanya yang mata duitan, ‘jangan lupa ya ibu kasih kompensasi 25% nya, ibu pengin beli kacamata baru nih.’ Tambahnya lagi.
‘apaan sih bu, kan aku sudah ikhlas semuanya,’ dalam hati ‘lumayan juga nih kalau memang dia mau melunasi hutangnya yang belum sempat terbayarkan’
~ 7 ~
Aku mulai berandai-andai jika memang benar dia mau membayar hutangnya, aku melamunkan sejenak membayangkan jika aku sudah menerima uang darinya, aku akan membeli Vapor Terminator, dan Toyota Alphard (kalau ini sih, terlalu berkhayal ketinggian), sebenarnya aku sih agak malu sih mau ketemu sama dia, tapi dengan bayang-bayang Vapor Terminator yang akan segera aku miliki, aku memberanikan diri untuk menemuinya. Dengan masih menggunakan celana Boxer bermotif Frozen aku beranjak dari kamar menuju kedepan rumah.
Ternyata benar kata ibu, dia memang ada di depan rumah. Sama seperti ketika dia pertama kerumahku satu setengah tahun yang lalu, dia menggunakan sepeda motor Mio berwarna merah, yang lampu depannya diganti dengan menggunakan lampu LED, dan sticker ‘Futsal Champion’ yang masih tertempel di bawah lampu belakang motornya. Dia tampak cantik dengan memakai kaos hitam pemberian aku yang ada tulisan namanya didepan Aku mencoba memulai percakapan dengan sedikit gugup, berbeda saat kita masih pacaran, aku coba menyapa terlebih dahulu,
‘hai, kamu mau kerumah ya?’
‘iya mau ada yang akan aku omongin,’
Dalam hati, wah jangan-jangan bener nih hipotesis aku dan ibu tadi, dia mau ngomongin sesuatu.
Dia kemudian tanpa canggung seperti tidak ada apa-apa memarkirkan sepeda motornya didepan rumah. Lantas ia duduk di ruang tamu, dan perkataan pertamanya adalah,
‘I, itu, kamu gak mau ganti dulu apa celana boxer Frozenmu itu?!’ dengan mukanya memandangku agak aneh, mungkin dikira aku berubah jadi cowok lesbian karena depresi diputusin dia.
~ 8 ~
‘eee, kenapa emangnya? Aku suka banget loh sama Frozen, ada sih celana yang lain, yaudah aku ganti dulu ya.’ Entah kenapa aku nurut aja sama dia untuk ganti boxer aku yang kelihatannya aneh menurut dia ini.
3 menit berselang aku selesai ganti celana boxer, dan sekarang aku memakai celana boxer bermotif Masha And The Bear.
‘ja, jadi kamu kesini mau ngapain?’ kataku sambil berharap dia akan mengatakan hipotesisku yang tadi.
‘gini, kan sekarang kamu punya usaha sablon kaos, aku pesen minta buatin dua kaos,’ jawabnya enteng dengan tidak ada rasa bersalah telah menyakiti seseorang di depannya.
Hening beberapa saat.
Ternyata dugaanku sementara tadi salah, bukanya dia mau melunasi hutangnya tapi dia malah mau pesen buat kaos di aku. Setidaknya kabar baiknya adalah ada orang yang mau memesan kaos di usaha sablonku yang sudah lumayan lama berdiri tapi tidak laku ini. Tampak dari belakang ibu yang berharap akan diberi kompensasi dari pembayaran hutang mantanku ini, ternyata nguping di belankang. Dan dia kecewa karena nggak jadi dapat kompensasi.
Akupun menjawab permintaan itu, ‘iya, iya,’ aku berpikir jika dia mau pesan dua kaos yang sama berarti dia mau buat kaos couple sama pacar barunya. ‘terus desainnya gimana? Pilih yang mana?’ sambil aku memberikan beberapa contoh desain kaos yang aku punya. ‘yang ini aja bagus,’ dia menunjuk salah satu kaos yang bertuliskan Tokyo Ska Paradise Orchestra, ‘warna kaosnya yang merah aja.’
~ 9 ~
‘Tapi kayaknya aku bisa nya buat Cuma satu deh, gak bisa buat dua!’
‘loh gimana sih gak professional banget nih usaha sablonmu!’ jawabnya agak menggumam.
Lantas aku menjawab, ‘bukanya aku gak bisa nyablon dua kaos itu, tapi aku tahu kalau itu kamu mau couple an kan sama pacar baru kamu!’ pungkas aku lantang seperti om ivan tobing saat arema menjelang pertandingan.
Dia terdiam.
Dari diamnya itu, terlihat memang benar akan apa yang aku omongkan barusan.
‘oke, yaudah satu aja,’ ‘kapan bisa jadinya?’
‘satu minggu lagi’ jawab aku.
Perlahan dia bangkit dari duduknya, dia berkata, ‘yaudah aku pulang.’
Seiring suara sepeda motornya yang semakin menghikang meninggalkan rumah, dia pulang meninggalkan kenangan yang pernah mengisi seluruh penjuru ruang tamu rumahku ini. Senyumannya dulu yang selalu terpancar ketika hendak pulang dari rumahku kini hilang tak kembali, dia yang selalu pamit dulu ke ibuku saat mau pulang kini tidak dilakukannya lagi. Entah apa yang ada dibenaknya, tanpa ada perasaan bersalah seolah tidak ada apa-apa sebelumnya, dia kembali menemui ke tempat seseorang yang dulu dicintainya dan waktu itu masih mencintainya, dan menyebabkan aku belum move on sampai saat itu bertambah. Apakah dia sudah lupa apa yang telah terjadi diwaktu lalu bersamaku, bersama keluargaku, dan bersama
~ 10 ~
rumah ini. Semudah itu kah dia menganggapku sebagai orang lain, sebagai tukang sablon biasa yang seolah baru ia temui. Pertanyaan besar muncul? Jika dia segampang itu melupakanku, mengapa aku sesulit itu melupakanmu.
DIPAGI HARI, 2 hari setelah itu, tepatnya hari sabtu aku membersihkan terompet Alessandro Italy kesayanganku. Mulai mouthpiece yang kotor, per yang ada didalamnya, sampai Hardcase tempat terompet itu aku bersihkan dari debu-debu yang menempel. Khusus untuk per yang didalamnya aku gunakan oli khusus yang memang diperuntukkan untuk segala jenis brass. Hari itu aku ada jadwal perform bersama bandku sendiri, band aku ini beraliran SKA, SKA adalah genre music dari Jamaica yang bisa dibilang merupakan ibu dari music reggae.
Band ini terbentuk akhir tahun 2012, cerita awal terbentuknya band ini adalah karena kebetulan waktu itu aku satu kelas dengan Kevin dan Rizky. Semenjak awal masuk SMK Negeri 6 Malang, tepatnya di kelas X Ototronik 1 pertemanan kita dimulai, seiring dengan pertemanan kita hari demi hari yang semakin akrab, kita sering mendiskusikan tentang hal-hal yang berbau dengan music, kita bertiga memang suka music walaupun selera atau genre kesukaan kita bertolak belakang. Aku suka music melodic punk, kevin suka music ska, dan riski suka music Hardcore. Dan pada suatu jam istirahat, kita bertiga memakan satu piring siomay yang penuh saus di kantin, Kevin dengan saus yang masih belepotan di bawah bibirnya tiba-tiba berkata,
~ 11 ~
‘gimana kalau kita bikin band aja?!’ dengan mukanya memandangi aku dan Rizky yang lagi lahap menyantap siomay.
‘wah ide bagus tuh, tapi band apa?’ kataku.
‘gimana kalau band ska aja!’ jawab Rizky kemudian.
Dengan satu piring siomay yang kita makan bertiga tadi habis, maka kita bertiga di siang itu menyepakati membuat band beraliran SKA lebih tepatnya SKA Rocksteady, karena memang waktu itu genre SKA lagi booming-boomingnya di Malang. Nama The Classic SKA kita pilih untuk nama band ini, dikarenakan Kevin dan Rizky yang waktu itu menyukai motor klasik, Kevin yang memiliki Honda CB tahun 80, dan Rizky yang memiliki Honda C70. Cuma aku yang saat itu gak punya motor klasik. Awal aku ngeband di band ini aku berposisi sebagai pemain gitar, seiring band ini yang semakin sering tampil dimana-mana dan kemampuan bermain gitarku yang biasa-biasa saja maka posisiku sebagai gitaris digantikan oleh Dio yang merupakan anak dari SMK lain yang awalnya kenalan Kevin. Dan aku berpindah sebagai pemain Terompet. Hingga saat buku ini terbit band kami masih berjalan dengan berangggotakan 6 orang. Lets skankin together!
Kembali di hari sabtu, dimana aku selesai membersihkan terompet yang kurasa sudah lumayan bersih dan siap digunakan untuk perform nanti malam. Aku check suara yang dihasilkan oleh tiupan mulutku pada terompet ini. TEETT, TOOTT, TEETTT… , bermain terompet memang susah-susah gampang, memainkannya butuh perasaan, karena ketepatan tiupan mulut yang dibarengi perasaan akan menghasilkan suatu nada yang harmonis. Sama juga halnya dalam menjalin suatu hubungan yang harus dibarengi antara kepercayaan dengan kesetiaan. Ngomongin terompet kok jadi baper ya.
~ 12 ~
Setelah kurasa siap untuk digunakan nanti malam, terompet ini aku masukkan kembali kedalam tasnya. Setelah itu tak lama ibu aku masuk ke kamar,
‘kamu nanti malam mau ada acara di luar ya?’ tanya ibu aku.
‘iya, nanti malam band aku main bu,’ jawab aku sambil merekatkan kancing tas terompet. ‘emang kenapa bu?’
‘oh sama band kamu yang gak terkenal itu, enggak papa, kamu nanti ngajak dia lagi? (nyebut nama mantan yang beberapa hari yang lalu ke rumah)’
‘enggak kok aku gak ngajak siapa-siapa, lagian kan aku sama dia sudah gak ada apa-apa lagi.’ Kataku dengan agak terbayang-bayang lagi memori tentangnya.
Ibu lantas meninggalkan kamarku dan berkata, ‘yaudah makan dulu dib, itu ibu baru makan nasi goreng.’
Pagi itu aku kembali di kamar sendirian, berbaring disebelah tas terompet. Dengan pertanyaan ibu tadi, kembali terngiang-ngiang akan kenangan kita dulu sewaktu semuanya belum berubah, dimana saat tiap kali bandku perform dia selalu kuajak untuk menemani. Dia dulu yang selalu menemani di belakang panggung dan sesekali menjadi fotografer ketika bandku membawakan lagu-lagu yang menjadi favorit rudeboys dan rudegirl Malang. Juga masih teringat saat aku selesai perform di Balai Merdeka UNMER, kita berdua waktu itu pulang dengan menggunakan motor vario milikku, ditengah perjalanan tiba-tiba hujan turun semakin deras akan tetapi kita berdua yang tidak membawa jas hujan tidak memutuskan untuk berteduh sejenak untuk menghindari air membasahi tubuh kita, semakin kencang aku menyetir motorku,
~ 13 ~
semakin erat juga pegangan dia ketubuhku, aku tahu waktu itu aku akan telat mengantarkannya pulang.
Semua memori itu satu persatu muncul dengan sendirinya, memaksa untuk diingat.
Pagi yang mengingatkan semua memori itu lantas berlalu.
Sore harinya sesuai dengan jadwal, aku bersiap berangkat. Seperti layaknya personil-personil SKA yang lain, aku menggunakan kemeja kotak-kotak merah, mungkin jika aku sedang di Jakarta, aku akan dikira sebagai salah satu tim sukses calon Gubernur. Lengkap dengan celana jeans dan sepatu vans oldscholl. Tepat pukul 5 sore aku beranjak meninggalkan rumah, sebelum ke tempat acara berlangsung aku berencana menuju ke rumah Kevin terlebih dahulu. Sesampainya aku di rumah Kevin, dia meminta untuk berangkat bareng berboncengan dengan motorku. Lantas aku menyetujui permintaannya, karena kevin juga jomblo mungkin dia berpendapat bahwa sama-sama jomblo gak enak kalu bawa motor sendiri-sendiri.
Sebelum menuju tempat acara, Kevin yang merupakan Keybordist di band ini meletakkan Keyboard miliknya di depan motorku, diantara jok dengan stir. Jika sebelumnya saat aku mau ngeband ada dia (baca: mantan pacar) yang menemani dan bermesraan di jalan, maka hari itu aku akan bermesraan dengan seorang remaja cowok bernama Kevin yang juga jomblo dan memliki kesamaan denganku berbintang Taurus.
Perjalanan dari rumah Kevin menuju tempat acara berlangsung adalah sekitar 30 menit jiki tidak macet. Tempat acara ini berlangsung adalah di Aula STIA Tlogomas Malang. Diperjalan berangkat aku dan kevin saling mengobrol satu sama
~ 14 ~
lain, obrolan kita mulai dari materi lagu yang akan dibawakan nanti, hingga tentang curhatan jomblo kesesama jomblo.
‘gak kerasa ya sudah hampir 3 tahun kita ngeband,’ kata kevin agak kencang takut aku gak kedengaran.
‘iya, gak kerasa ya seakan semua terasa cepat berlalu,’ jawab aku.
‘kamu ingat gak saat pertama kali band kita perform?’ tanya Kevin lagi.
Dengan pertanyaan Kevin itu aku ingat dimana saat kita pertama perform dulu adalah akhir tahun 2012, di sebuah café yang merupakan tempat biasanya digunakan untuk dugem. Teringat dimana Rizky saat itu sebelum perform menemukan satu buah botol yamg disangkanya beer tapi ternyata adalah air kencing security, untung dia gak sampai meminumnya, mungkin jika dia meminumnnya maka dia akan perform sebagai drummer yang mabuk akibat alcohol kencing security. Juga waktu itu aku tidak sengaja berkenalan dengan salah satu MC acara itu, juga kevin yang berkenalan dengan salah satu penggemar music ska (rudegirl) yang hingga berlanjut kehubungan pacaran.
‘Iya ingat, ingat banget, lucu ya.’ Jawabku ke Kevin yang kebetulan kita berhenti disebuah lampu merah. ‘gak kerasa ya kini kita sudah lulus SMK,’
Semua memang memliki kenangan, setiap kenangan akan terasa cepat menghilang jika tidak dicoba untuk diingat.
Maghrib kita sudah sampai di tempat berlangsungnya acara. Acaranya tampak ramai, tidak hanya pecinta SKA dari malang saja, tapi juga ada yang dari luar kota. Acara kali itu adalah acara “MLG
~ 15 ~
SKA FESTIVAL”, yaitu acara bertemunya sebagian besar band SKA yang ada di kota malang dan dari luar kota juga. Acara ini diadakan oleh komunitas “MLG SKA”. Setelah memarkirkan sepeda motor, aku dan Kevin menemui personil yang lain, yang sudah lama telah ada di tempat tersebut.
Kurang dua jam lagi band kita perform. Kita sembari menuggu waktu perfom, kita juga melihat performance dari band-band SKA yang lain seperti: Veskaria, Richcracker, dan masih banyak lagi.
Band kamipun peform seperti biasanya, dengan posisi tiap personil yang sama seperti biasanya, dan lagu-lagu yang dibawakan sama seperti biasanya, ketambahan satu lagu cover dari band asal Boston Big D And The Kids Table ‘deadpan face’. Akan tetapi aku merasa ada yang berbeda dari biasanya, seseorang yang biasanya ada di sebelah panggung melihat dan menyemangati aku dalam memaikan terompet, kini tidak ada lagi. Hal ini sedikit membuat aku agak kurang konsentrasi, dalam lagu pertama aku salah memainkan nada, dan dilagu kedua aku salah masuk momen saat belum waktunya reff aku masuki nada bagian reff.
Perform kita malam itu selesai dengan agak banyak kesalahan dari personil bagian terompetnya, yaitu aku.
Di belakang panggung kita berkemas-kemas.
‘kamu kenapa sih barusan kok gak kayak biasanya mainnya?’ tanya kevin dengan memasukkan Keyboard ke tasnya.
‘iya banyak salahnya, kenapa sih gak kayak biasanya?!’ sahut Rizky dari belakang, yang tampak kelelahan habis memainkan drum selama kurang lebih 25 menit.
~ 16 ~
‘eee,,, nggak papa, mungkin aku kurang latihan aja sebelumnya.’ Jawab aku, dengan sedikit rasa bersalah karena telah membuat perform band ini tadi menjadi kurang maksimal.
Tidak dipungkiri ketiadaan dia, menjadikan aku kurang konsentrasi, lebih tepatnya kegalauan ini menjadikanku kurang semangat beraktivitas. Seperti halnya tadi saat diatas panggung.
Jam ditangan kiriku menunjukkan pukul 10 malam, semua band hari itu telah selesai perform dengan menunjukkan penampilan terbaiknya. Aula STIA perlahan mulai sepi, semua pengisi acara dan penonton perlahan meninggalkan tempat dengan tertib. Dan acara malam ini aman dan lancar, tidak ada kericuhan seperti konser-konser dangdut yang di pinggir-pinggir desa itu. Kami juga segera meninggalkan tempat itu, kami berdelapan tak langsung pulang ke rumah masing-masing, akan tetapi kami mau mampir dulu ke pujasera UB, yah untuk sekadar ngopi bareng dan menikmati malam minggu. Dari STIA ke pujasera UB sekitar 10 menit, kami pun berjalan beriringan melewati Jalan Gajayana.
Sesampai di tempat yang dituju kami memesan minuman yang sesuai selera kita masing-masing. Semua pesanan minuman nggak ada yang sama. Malam itu aku pesan Good Day Coolin Freze, perpaduan antara ingin ngopi dengan kehausan setelah bermain terompet. Sekitar 15 menit kemudian mas pelayannya datang menyuguhkan semua pesanan, berbarengan dengan itu, terasa dalam saku celanaku handphone bergetar, khas kalau ada BBM yang masuk.
Dengan nada New Massage yang berbunyi dari aplikasi BBM di handphone android milikku ini, aku buka ada satu pesan yang seolah menanti-nanti untuk dibaca. Ternyata isi chatt itu
~ 17 ~
adalah dari bapak yang memberi kabar bahwa aku diterima di Perguruan Tinggi Negeri yang beberapa hari yang lalu aku ikuti tesnya. Dia tahu pengumuman ini melalui Website resmi univesitas tersebut,
Bapak: Alhamdulillah kamu keterima nak di kampus itu, bapak seneng banget! :’)
Aku : oh gitu ya, iya
Bapak: kamu dimana sekarang, kapan pulang? Besok kita tasyakuran ya dirumah.
Aku : iya bentar lagi pulang kok, masih ngopi sebentar.
Mendengar berita tersebut, aku berekspresi biasa-biasa saja, tidak berlebihan seperti: langsung mencium kening mas pelayan kedai kopi, atau salto-salto di depan Malang Town Square. Yah, memang kampus itu bukan pilhan utama aku, dan juga bukan pilihan ke dua aku. Apalagi di kampus ini aku diterima di jurusan yang bertolak belakang 180°. Akan tetapi apalah mau dikata, kadang keinginan kita tidak sejalan dengan kenyataan. Beberapa teman-teman yang ada disitu aku beri kabar akan hal tersebut, sebagian dari mereka memberikan ucapan selamat, dan sebagian lain tidak menghiraukan karena sibuk bermain Uno. Jadi diantara semua temanku di band ini, fix yang pasti akan kuliah adalah aku.
Otomatis dengan aku yang akan berkuliah di kampus itu, maka aku akan wajib tinggal di asrama selama dua semester awal, inilah yang membuat aku agak enggak suka, karena harus meninggalkan usaha sablon yang akan semakin terbengkalai, kesempatan ketemu si diapun semakin berkurang dan kemungkinan balikan
~ 18 ~
akan semakin kecil. Aku akan berganti tempat tinggal baruuntuk sementara waktu.
Teman-teman ku bertujuh tadi asyik mainan uno dan aku sendiri yang nggak ikutan. Aku Cuma diam sambil sesekali melihat Instagram dia (baca: mantan pacar). Aku melamun. Seandainya aku diterima di Perguruan Tinggi Negeri yang menjadi opsi pertamaku dan dia aku kasih kabar hal itu, bahagialah kita berdua. Hari ini aku diterima di kampus yang bukan opsi pertamaku dan tidak ada orang spesial yang akan aku kasih kabar tentang hal ini. Sekitar jam setengah dua belas malam, minuman kita sudah tidak ada yang tersisa, kita semua sudah merasakan capek: capek setalah perform tadi, capek mainan uno, dan aku capek hati. ‘sudah malam nih, kita pulang yuk, capek banget nih!’ kata Rizky yang sedang mengucek-ngucek matanya yang tampak merah. ‘oke ayuk, aku juga sama capek banget, ngantuk!’ jawab Kevin.
Kita berdelapan pulang, karena rumah masing-masing dari kita berbeda-beda, maka aku dan kevin bersimpangan jalan di pertigaan Jalan ijen. Sampai di depan rumah Kevin, aku menurunkannya sambil mengangkat Keyboard yang ada di depanku, romantis banget seperti dua remaja cowok yang baru jadian. Ditambah lagi kata-kata Kevin sebelum ia membuka pintu rumahnya adalah: “Thanks For Today”. Lantas aku di depan rumahnya tak lama-lama segera bergegas menuju rumah aku, takut digrebek warga sekitar.
Selesai dari momen mesraku bersama Kevin, aku lanjut pulang kerumah.
Sesampai dirumah, Bapak ternyata masih menungguku di ruang tamu dengan wajah yang tampak bahagia.
~ 19 ~
TEPAT enam hari setelah malam minggu itu, berarti hari ini aku harus berangkat menuju asrama, ada perasaan berat untuk sesuatu yang akan ditinggalkan. Pagi-pagi betul aku di kamar membereskan semua barang-barang yang akan dibawa, satu-persatu baju terbaik yang aku miliki kumasukkan kedalam koper hitam bermerk polo alto. Mulai dari kemeja, celana jeans, baju koko, hingga sempak bermerk Artop yang baru dibeli saat lebaran beberapa waktu yang lalu, dengan teliti aku masukkan. Ibu tiba-tiba masuk ke kamar,
‘gimana, sudah kamu masukkan semua pakaianmu?’ tanya ibu ke aku.
‘sudah, tapi kayaknya nggak aku bawa semua, takut nggak muat,’
‘yaudah nih, ibu beri kamu sempak baru, buat stok disana,’ sambil menyerahkan beberapa kardus kecil berisi sempak, sempaknya tampak masih berbau wangi, khas barang baru. Bau ini akan berbanding terbalik ketika sudah ada yang aku kenakan, mungkin baunya bisa membunuh satu kawanan begal yang sedang beraksi.
‘kan aku sudah ada bu, ngapain diberi lagi?’
‘kan kamu suka teledor naruhnya jadi banyak yang hilang, biasanya aja kamu taruh dimana-mana, gak peduli itu diruang tamu atau di dapur, kamu mesti naruhnya berserakan.’
~ 20 ~
Iya sih memang aku kalau naruh sempak di rumah suka di random tempat, pikirku ini rumah, rumahku, jadi terserah aku dong naruh sempak dimana saja. Ini yang menyebabkan sempakku semakin hari semakin berkurang jumlahnya, entah hilang kemana, aku nggak tahu, mungkin baunya yang khas menjadi santapan favorit tikus-tikus dirumah.
‘gimana, kamu sudah siap berangkat?, nanti kamu disana akan dapat teman-teman baru, ceweknya juga katanya cantik-cantik, gak kalah sama si anu mu itu,’ ujar ibu lagi.
Mungkin jika kalian gagal fokus dengan ucapan ‘anu’ ibu di atas, maka kalian akan beranggapan bahwa nanti di kampus baru aku akan dapat banyak teman cewek yang lebih cantik dari lat kelaminku.
Aku diam tidak menjawab. Seolah Ibu tahu kalau si anu lebih anu dengan anuku.
Sembari aku meletakkan sempak-sempak baru yang telah kulepas dari kardusnya untuk kuletakkan bergabung dengan pakian yang lainnya dalam koper, aku teringat hal yang sangat krusial untuk aku tidak kerjakan. Hari ini adalah hari dimana mantan aku akan mengambil pesanan kaosnya yang seminggu lalu dipesannya kerumah, dan aku lupa belum menggarapnya. Sedangkan jam sudah menunjukkan tepat jam sembilan, dan yang lebih membuat aku panik adalah nanti jam satu siang aku akan berangkat menuju asrama.
Aku panik. Jika ini adegan sinetron indosiar mungkin akan ditambah efek audio yang akan lebih mendramatisir keadaan, JENG, JENG, JENG JENG JET…..
~ 21 ~
Hal pertama yang harus aku lakukan adalah berhenti berkhayal dalam sebuah sinetron indosiar. Kepanikan semakin bertambah ketika ternyata aku lupa belum beli kaos polosnya yang akan disablon. Ibarat tentara mau perang yang sudah membawa senapan tapi nggak ada pelurunya. Jam setengah sepuluh aku bersiap pergi membeli kaos polos di toko langganan, selagi aku mengeluarkan sepeda motor Vario dari garasi, Ibu yang tau aku hendak pergi dari rumah memanggil, dan berkata, ‘mau kemana kamu?’
‘enggak kemana-mana kok, cuma sebentar mau nemuin temen,’ jawab aku berbohong.
‘oh nemuin si anu ya?!’ lagi-lagi Ibu bilang anu.
‘enggak kok, bukan mau ketemu anu!’ agak rishi sih jadinya mendengar kata-kata anu.
Aku pergi ke toko itu, tempatnya lumayan jauh dari rumah, di daerah Sukun, sekitar 45 menit perajalanan normal dengan motor. Memang selain di toko itu, ada juga toko lain yang juga menjual kaos polos yang jaraknya lebih dekat dari rumah. Akan tetapi karena toko yang aku tuju adalah sudah menjadi langgananku dan aku juga kenal dengan penjualnya, maka aku lebih memilih beli disitu walaupun jauh.
Aku ngebut. Karena aku ngebut jadi tiba di tempat lebih cepat 15 menit dari perkiraan. Setibanya di depan toko, aku langsung memarkirkan motor, tampaknya sekarang ada fasilitas baru, yaitu: parkir gratis. Langsung saja aku tanpa basa-basi memasuki toko, tampak ada pegawai baru, yang belum lama bekerja disitu. Seorang cewek yang kira-kira umurnya nggak jauh
~ 22 ~
beda dengan umurku, berhijab dan berkacamata, mirip artis-artis pemeran protagonist dalam sinetron-sinetron indosiar.
‘ada yang bisa dibantu mas?’ kalimat pertama dari mbak pegawai baru itu. Muka nya sangat ramah, mendorong setiap orang untuk memeluknya.
‘iya bisa bantu menghilangkan jombloku gak mbak?!’ dengan memperlihatkan wajah sange.
‘maaf mas aku sudah bersuami.’ Dia menjawab kalem.
Lantas aku bilang ke mbaknya akan tujuanku sebenarnya, ‘maksudku, mau beli kaos polos warna merah dua, satu ukuran M dan satunya ukuran L.’ dengan mukaku yang tampak kebanyakan terkena debu saat dijalan tadi.
‘iya mas, tunggu sebentar, silakan duduk!’ jawab mbak pegawai baru itu, tampak masih ramah, khas pegawai baru yang baru bekerja di sebuah toko.
Tidak sampai 1 menit, mbak pegawai toko ini langsung menyodorkan kaos yang aku maksud mau beli. ‘ini mas, dilihat dulu ya ukurannya!’ kata mbaknya, dengan muka yang tersenyum.
Setelah aku lihat kaosnya, ‘iya mbak jadi yang ini, berapa?’
‘50 ribu mas,’ lagi-lagi dengan senyumnya. Sembari memasukkan kaos kedalam kantong plastik bergambarkan logo toko tersebut.
Setelah aku membayar, aku bergegas kembali pulang. Sebelum aku membalikkan badan ke pintu keluar toko, mbaknya tadi
~ 23 ~
berkata, ‘terimakasih mas, silakan kembali lagi jika ada yang diperlukan.’
Diperjalanan menuju rumah, entah kenapa aku terpikirkan akan mbak pegawai toko yang tadi. Dia begitu ramah dan murah senyum dengan orang yang baru dia kenali, apakah dia juga seramah itu dengan suaminya sehari-hari. Terkadang dalam suatu hubungan pacaran yang baru terjalin, kita tentu saling berlomba menjadi orang yang paling ramah antara satu sama lain. Sama halnya dengan hubunganku dengan dia (baca: mantan pacar), yang awalnya semua saling beramah-tamah, saling melempar senyum, dan saling mengakui kesalahan saat ada sedikit kesalah pahaman. Namun ramah tersebut memilik masa, dimana salah satu akan berubah.
Sampai di rumah, aku langsung menyiapkan semua alat-alat dan bahan untuk digunakan dalam proses sablon-menyablon. Mulai dari screen, obat afdruk, tinta quaret, hingga hairdryer semua aku persiapkan. Menyablon itu seperti menjalin suatu hubungan, dimana dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk menjadikan suatu karya yang bagus dan berkualitas, begitupun dalam menjalin hubungan yang harus dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk menjadikan hubungan tersebut berkualitas. Kok jadi baper lagi ya.
Seperti aku nyablon sebelumnya, kegiatan menyablon kaos bukanlah menjadi kesulitan bagiku. Karena sudah sering menyablon walaupun setahun cuma paling banyak 2 kaos. Akan tetapi hari ini aku nyabon penuh tekanan, selain cuma ada waktu sekitar dua jam lagi untuk menyelesaikan, ditambah harus menerima kenyataan harus menyablon untuk mantan yang masih dicintai.
~ 24 ~
Awal prahara terjadi. Saat aku mau menuangkan obat afdruk ke atas screen, ternyata obat afdruk yang kumiliki ini tinggal sangat sedikit, sehinnga tidak memungkinkan untuk memenuhi semua bagian dari sreen. Aku panik. Kalang kabut seperti berada di atas kapal Van Der Wijk yang mau tenggelam. ‘Wah alamat nih gak jadi nih sablonnya!’ sambil aku membayangkan apa yang terjadi jika aku gagal menyelesaikan, mungkin dia: 1. Marah dan menganggapku cowok gak bertanggung jawab. 2. Marah dan menganggapku cowok gak bertanggung jawab telah menghamili pedagang sempol sebelah rumah. Jika aku beli ke toko penjual kebutuhan sablon-menyablon maka akan memakan waktu karena tempatnya jauh di tengah kota, sedangkan waktu makin menipis.
Setelah aku memutar otak, kutemukan sebuah solusi dimana aku kan memiliki banyak temen yang juga punya usaha sablon, gimana kalau aku temui salah satu dan aku minta obat afdruk sedikit darinya. Aku pergi rumah ke temanku, namanya Herry. Dia temanku sekelas di SMK, dan dia juga salah satu teman yang mengajariku tenik-teknik menyablon kaos. Rumahnya sekitar 10 menit dari rumahku. Aku lagi-lagi ngebut menuju rumah Herry, setiba di depan rumahnya, tampak rumah itu kosong tak ada orang yang berada di dalamnya, hanya terdengar detikan jam dari dalam. Aku ketuk pintu rumahnya yang berwarna putih, ‘dok dok dok’, benar dugaanku di rumah itu memang sepi gak ada orang. Hingga salah seorang ibu-ibu dengan memakai daster berwarna pink mirip omas menghampiriku, ternyata merupakan tetangga Herry, dia berkata bahwa Herry sudah meninggalkan rumah sejak pagi tadi.
~ 25 ~
Aku baru ingat bahwa terakhir kali aku bertemu Herry, dia bercerita bahwa telah diterima bekerja di salah satu restoran cepat saji yang ada di kota Batu. Berarti dia sekarang lagi kerja.
Kepanikan semakin bertambah saat melihat pemilik rumah yang dituju tidak ada. Apa mungkin aku menyusup saja masuk ke dalam rumahnya melalui cerobong asap, dan mencuri sebotol obat afdruk yang harganya Cuma 11 ribu itu. Niat mencuri obat afdruk aku urungkan, karena aku berfikir nanti di dalam rumahnya ada Dora The Explorer dan bilang ke aku ‘sweeper jangan mencuri! sweeper jangan mencuri!’.
Aku putus asa. Harapanku satu-satunya adalah menuju ke rumah Faiz.
Rumah Faiz gak jauh dari rumah Herry, hanya beberapa kilometer saja yang dibatasi oleh jurang dan perkebunan tebu. Aku beranjak meninggalkan rumah Herry yang tak berpenghuni menuju rumah Faiz. Setiba dirumah Faiz lagi-lagi kudapati rumahnya yang kosong, juga gak ada orang sama sekali ‘tamatlah riwayatku!’, aku juga baru ingat bahwa Faiz juga telah diterima bekerja di salah satu perusahaan percetakan. Niat yang sedikit ekstrem muncul, aku tahu dimana letak obat afdruk itu berada, mula-mula aku masuk dari pintu belakang rumahnya, melihat apakah sekeliling sudah aman, mengendap-ngendap, sesekali tiarap, aku mulai masuk ke tempat biasa dia menyabon, dan ladang gandum dihujani meteor coklat dan jadilah coco crunch.
Dengan sangat terpaksa, aku harus diam-diam mengambil barang seseorang. Mungkin jika ketahuan pihak berwajib entah terkena hukuman berapa tahun, yang pasti pencuri obat afdruk lebih terhormat dari pencuri yang berdasi mencuri milyaran uang rakyat. Hidup jombloness!
~ 26 ~
Tapi, beberapa hari kemudian aku bilang ke Faiz, dan karena pertemanan kita, Faiz memakluminya. Kita memang saling tolong menolong, waktu Faiz baru lahir aku yang bantuin dia keluar dari rahim ibunya, tak lupa juga aku semangatin ibunya ‘ayo semangat! Ini adalah perjuangan! ditahan, ditahan emosinya!
Oke kembali ke sablon menyablon kaos mantan yang semakin menegangkan, setelah balik dari rumah Faiz semua bahan-bahan terkumpul. Setelah proses penuangan obat afdruk ke atas screen selesai, kemudian aku keringkan menggunakan hairdryer di tempat yang gelap, lalu saatnya proses yang biasa kami sebut pem-film an, ini bukan adegan kami ber-akting, melainkan menaruh screen yang sudah kering dan telah diletakkan gambar diatasnya ke terik matahari sekitar 10-15 detik, proses setelahnya yaitu menyemprotkan air ke atas screen agar gambar yang akan disablon terlihat jelas.
Entah cobaan macam apalagi, proses penyablonan pertama gagal. Semua gambar rusak saat tersemprot air, mungkin karena terlalu cepat saat proses pem-film an yang tadi. HUFFT. -_-
Terbenak di dalam pikiran bahwa memang ini bukan hariku untuk menyablon. Akan tetapi bayang-bayang kemarahan mantan yang akan menghampiri jika aku gagal memenuhi pesanannya. Entah dorongan macam apa yang membuatku saat itu terus berusaha agar menyelesaikan proses penyablonan kaos mantan.
Untuk kedua kalinya aku kembali lakukan penyablonan sama seperti proses awal tadi.
Hingga akhirnya pemirsah semua berhasil, screen gambarnya jadi dengan bagus, dan penyablonan di kaosnya juga maksimal tidak ada noda sedikitpun. Lantas aku sujud syukur,
~ 27 ~
seperti seseorang yang melihat rumah barunya telah direnovasi tim bedah rumah.
Tepat pukul 12 siang semua sudah selesai. Kaos pesannanya sudah aku bungkus rapi dengan plastik bening, dan aku taruh di atas kulkas. Siap untuk segera diserahkan ke pemesan.
SETELAH aku lega sudah selesai menyablon kaos mantan, ini berarti satu jam lagi aku harus OTW ke asrama. Aku mandi dan bersiap merapikan badan yang kelelahan ini, ini mandi terakhirku di rumah berstatus belum jadi mahasiswa. Entah telah berapa sabun yang telah kuhabiskan bukan untuk keperluan mandi disini, juga telah banyak inspirasi yang telah kudapat saat berjam-jam dikamar mandi. Termasuk sebagian buku ini yang aku tulis di sana, jadi jangan heran kalau buku ini agak berbau pesing.
Selesai aku mandi, aku ganti memakai baju yang paling rapi, celana Jeans dan kaos polo berwarna biru muda yang aku pilih. Tampak di garasi bapak yang sengaja pulang kerja lebih dulu untuk mengantar kepergianku ke asrama. Rencana keberangkatanku siang ini adalah diantar oleh bapak-ibuk naik mobil Panther biru yang sering mogok karena kekurangan oli dalam transmisinya. Setelah bapak selesai memanasi mobil, dia menemuiku yang lagi makan di meja makan,
‘gimana dib, semua barang bawaan sudah siap?’
‘sudah, tinggal uang sakunya aja yang belum,’
~ 28 ~
‘oh iya bapak lupa, tenang aja nanti bapak transfer ke ATM mu, sekarang lagi gak ada uang cash.’ Jawabnya sambil meneguk satu gelas air minum punyaku.
‘terus gimana kabarmu sama si anu itu?’ tanyanya.
‘dia lagi baik-baik aja sama pacar barunya mungkin’
‘Katanya dia kemarin kesini ngapain?, dia sudah kamu kasih tahu kalau hari ini kamu mau berangkat ke asrama?’
‘oh kemarin, dia Cuma mau nyablon kaos aja disini, dia nggak aku kasih tahu dan dia juga gak bakalan peduli kalau aku kasih tahu.’ jawab aku, pertanyaan bapak itu lagi-lagi menjadikan kegalauan yang menghampiri, memaksa untuk dijalani.
‘emm gitu ya, kamu jangan kelihatan galau gitu dong, kayak bapakmu iniloh dulu jadi idolanya para wanita,’ katanya dengan nada sedikit agak sombong.
Bapak aku ini sering berbagi cerita tentang masa mudanya dulu, dia pernah cerita bahwa sehari pernah nolak dua cewek sekaligus, belakangan aku tahu cewek yang nembak bapak saat itu adalah waria. Dia juga pernah cerita bahwa dia jadi mahasiswa paling ganteng se-fakultasnya dulu, belakangan aku tahu bahwa semua cowoknya disitu dulu adalah banci. Terakhir Dia pernah cerita bahwa ibu aku ini dulu mati-matian mengejar cintanya. Dari semua cerita tersebut aku sempat berpikir bahwa cowok yang mukanya biasa-biasa aja bisa juga dapat cewek cantik. Aku juga berpikir jika ibu aku dulu dapat suami yang lebih ganteng mungkin aku akan jadi anak yang lebih ganteng dari mukaku sekarang. Tapi apapun itu aku bersyukur punya bapak seperti bapak aku, yang selalu tidak lelah menyekolahkan aku hingga saat ini, kini tinggal saatnya aku berbalas budi.
~ 29 ~
Terakhir masih di meja makan bapak bilang, ‘denger-denger di kampus itu terkenal ceweknya cantik-cantik, bapak doakan kamu dapat pacar disana yang cantik, baik, dan kaya raya terus kamu rampas hartanya….’ Kelihatannya bapak keseringan nonton sinetron indosiar, yang dimana ada adegan seorang cowok miskin yang mencoba meluluhkan hati seorang wanita kaya, sehingga wanita itu luluh dan menikahinya, sampai akhirnya sang cowok meninggalkannya dengan menguras habis harta kekayaannya tak tersisa.
Sebelum bapak meneruskan perkataan yang ngawur itu, aku potong ‘sudah deh, sekarang aku gak ngurusin pacar dulu pak, lagian juga siapa yang mau sama orang kayak aku disana!’
‘ya paling tidak satpam atau tukang kebun, bisalah. Hehehe,’ guyonanannya yang gak lucu sekaligus mengejek anaknya sendiri.
Aku dan bapak sudah untuk siap untuk berangkat, tinggal menunggu ibu yang tampak lama masih berdandan dikamar, ‘buk kita sudah siap nih, lama banget dandannya keburu sore loh!’ kata bapak ke ibu agak sewot.
‘ya bentar lagi pak, masih pake pensil alis nih. Sewot banget sih! gak mau bantuin lagi.’
Mungkin ibu gak tau bedanya antara mau mengantar anaknya berangkat ke asrama dengan menghadiri kondangan Nassar-Muzdalifah.
Selanjutnya, aku masukkan koper ke dalam mobil. Selagi aku mengangkat koper seakan-akan ada yang barang yang tertinggal. Memang bukan barang bawaan yang tertinggal, tapi kaos pesanan yang mantan pesan belum di ambil. Kesepakatan sebelumnya
~ 30 ~
memang hari ini dia mau ngambil langsung ke rumah, tapi sampai jam 1 kurang 5 menit dia belum juga ke rumah. Berhubung aku yang semakin mau berangkat pergi meninggalkan rumah, aku bolak-balik mengirim chatt ke dia melalui Whatsapp, beberapa kali kucoba dan terkirim. Tetapi belum ada balasan satupun. Aku coba telfon, akan tetapi yang ngangkat bukan dia tapi mbak-mbak operator Telkomsel yang bilang ‘maaf pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini’ .
Kulihat dimeja makan ada hape ibu yang masih di cass gak dipakai, langsung saja aku mengambilnya tanpa ijin untuk dibuat nelfon Dia. Sama dengan chatt, dia juga tidak mengangkat. Mungkin Dia lagi tidur, mungkin dia juga lagi renang yang jadi hobinya dari dulu, atau mungkin dia lagi renang sambil tidur. Ah sudahlah. Padahal seharusnya ini menjadi momen terakhirku untuk bertemu Dia sebelum aku tinggal di asrama. Sebelumnya aku membayangkan pertemuan ini seperti adegan Zainuddin dengan Hayati di pinggir sungai, ‘hayati aku akan kembali dan menikahimu, hayati engkau kekasihku’, tapi rupanya itu terlalu berkhayal ketinggian karena mukaku jauh banget jika dibanding Herjunot Ali.
Merasa Dia gak mungkin kerumah, akhirnya aku berniat menitipkan kaos ini ke temen depan rumah. Agar terlihat lebih romantic aku tulis curahan isi hatiku di secarik kertas binder bergambar Snoopy, walapun aku sadar bahwa itu hal paling alay yang pernah kulakukan. Kurang lebih isi surat alaynya seperti ini:
~ 31 ~
Dear kamu.
Bersamaan dengan surat ini kutulis, aku masih mencintaimu, seperti saat kita pertama bertemu, seperti saat kamu menjadi alasanku keramas pagi itu. Jika memang kita tidak dapat lagi bersatu, ijinkan aku untuk tetap mengenalmu. Hari ini aku pergi ke tempat baru, dimana aku akan jarang bertemu lagi denganmu. Tapi hati ku memaksa untuk selalu mencintaimu. Aku tetap mengenalmu sebagai sesosok wanita yang pertama kukenal dulu. Kuharap kita bisa mengulang lagi, waktu bersam yang telah lalu.
Dengan kaos yang kutitipkan di rumahnya Aldi ini, kuharap kamu tahu berapa besar dalamnya cintaku pada kamu, sayangku.
Oh iya, kamu belum bayar. jadi semuanya 80 ribu.
TTD
Aku yang tersakiti.
~ 32 ~
Gimana? Aku yakin kalian pada muntah setelah lihat surat itu. Maaf lupa mengingatkan kalau tadi sedia ember di sebelah sebelum membaca.
Surat alay itu aku lipat, kumasukkan didalam plastik untuk bersatu dengan kaos itu. Kaos beserta surat alay itu aku kasihkan ke Aldi yang rumahnya tepat ada di depan rumah agak ke kiri sedikit, ternyata Dia sedang main COC di kamarnya, sambil berharap Aldi tidak membaca surat itu aku bilang,
‘ini Di aku titip ya, ini kaos mantan aku yang belum diambil, nanti dia ngambilnya disini.’ Sambil ku taruh kaos itu di atas lemari plastik kecil kamarnya yang berwarna coklat.
‘itu kertas di dalamnya apa?’ tanya Aldi.
Waduh!! Aku mendadak agak gugup, ternyata Dia melihat kertas itu, takut dia buka kertas itu dan membacanya. ‘eengg,,, enggak kok bukan apa-apa,’ jawab aku deg-degan, ‘eee, ngomong-ngomong COC sudah TH berapa?’ aku mengalihkan perhatian.
‘baru aja TH 9,’
Ternyata pengalihan perhatianku berhasil.
Jika Aldi membaca surat alay itu maka pertemanan kita akan berakhir tragis. Kita dulu sempat saling berjanji bahwasannya yang galau dan bersikap alay maka wajib dihabisi. Aku pamit keluar dari kamarnya, bersamaan dengan aku pamit mau berangkat ke asrama. Selain aku akan jarang bertemu mantan lagi, aku juga akan jarang bertemu Aldi, teman curhat dan teman berbagi keluh kesah.
~ 33 ~
Akhirnya aku dan Bapak-Ibu berangkat. Mobil Panther biru perlahan meninggalkan garasi rumah. Ibu duduk di depan, di samping bapak yang lagi nyetir, aku duduk di belakang di samping koper hitam yang full dengan sempak baru. Sambil memandang keluar mobil, melihat jalanan kota Malang yang semakin ganas, terlihat ada cabe-cabean yang berboncengan empat, satu duduk di atas spion. Mereka lebih terlihat seperti beruang Russia yang sedang berlatih sirkus. Disela-sela aku memerhatikan beruang berlatih sirkus di jalan, aku terakhir mengirim Chatt ke mantan, bahwa kaos yang sudah jadi tadi sudah aku titipkan dirumahnya Aldi.
Kaos nya sudah jadi, sekarang ada dirumah Aldi. Aku sekarang sudah nggak ada di rumah, untuk beberapa waktu aku akan tinggal di asrama kampus.
Perjalanan menuju asrama tiba pukul empat sore, berbarengan aku turun dari mobil, mantan rupanya membalas chat,
Iya kaosnya sudah aku ambil, sukses ya!
Dia lupa kalau belum membayar, niat hati ingin membalas chat dengan ‘kamu belum bayar!’ terurungkan oleh niat mengikhlaskannya.
Di depan pintu masuk asrama, terlihat banyak mobil berjejeran tidak rapi, tampaknya mereka semua sama dengan keluarga kami. Mereka adalah keluarga yang juga mengantar anaknya masuk asrama, berbagai tipe dan mobil yang beragam ada disana, mulai dari mobil Hijet sampai mobil Fortuner ada. Ada yang diantarkan semua keluarga besarnya, juga ada yang diantar sepeda motor, dan juga ada yang diantarkan mobil pick-up tahu bulat lengkap
~ 34 ~
sekalian mas-mas penjualnya dengan rambut yang di cat merah. Tampak juga ada mahasiswa baru cewek yang diantarkan pacarnya, terlihat dari bajunya mereka yang memakai batik couple warna ungu.
Bapak dan Ibu hanya mengantarkan sampai depan pintu gerbang, pesan terakhir Bapak adalah: ‘jangan lupa ibadah yang rajin!’, dan pesan terakhir ibu adalah: ‘jangan lupa pakai sempak saat kuliah!’.
Aku mencium tangan Bapak dan Ibu sebelum mereka beranjak menuju tempat parkiran mobil. Dan dari kejauhan terlihat mobil perlahan meninggalkan area asrama kampus. Disaat mereka beranjak pulang aku berjalan menuju asrama dengan menyeret koper hitam yang penuh sempak tadi, langkah demi langkah aku berjalan. Ini menjadi tempat baruku untuk beberapa saat. Disini tentu aku akan mendapat teman dan pengalaman baru. Aku memasuki gedung asrama untuk naik ke lantai tiga, kamarku berada di lantai tiga persis samping kiri tangga. Sampainya di depan kamar, rupanya di dalam sudah ada penghuni yang telah datang terlebih dahulu. Aku mengetuk pintu berwarna biru muda itu, dan bilang,’Assalamualaikum’, aku berlagak sok alim. Jarang-jarang aku masuk ke suatu tempat bilang ‘Assalamualaikum’.
Kemudian tak berselang lama ada seseorang yang membukakan pintu. Rambutnya gondrong dan berkacamata, mirip Andhika Kangen Band yang insyaf.
‘anak kamar sini ya mas?’ tanya Andhika Kangen Band yang insyaf itu.
‘iya mas. Kamar 42 kan,’
~ 35 ~
‘oh iya-iya mas silakan masuk.’
Aku masuk ke dalam kamar berukuran 4x5 meter itu. Sudah ada empat orang yang telah terlebih dahulu tinggal disitu, dan aku termasuk orang kelima yang datang. Kapasitas dalam kamar ini berjumlah enam orang, berarti juga ada satu anak lagi yang belum datang. Seperti awal perkenalan dengan teman baru, semuanya penuh keramah-tamahan di awal. Aku menyalami empat teman baru yang lagi asyik tiduran di atas kasur busa yang baru. Sama halnya perkenalan dengan calon gebetan, perkenalan kita di awali dengan saling melempar senyum satu sama lain. Ternyata teman baru aku yang mirip Andhika Kangen Band insyaf itu bernama Zaki, dia berasal dari Lamongan, kita saling berjabat tangan. Jabat tangan keduaku adalah dengan Fauzul, Dia juga berkaca mata, saat aku tanya asalnya dari mana, Dia menjawab dari Batu.
‘HAH asal Batu?’ tanya aku heran. Karena dia menjawab dari Batu aku berpikir bahwa dia adalah reinkarnasi dari Kera Sakti, karena aku ingat episode awal Kera Sakti, dia muncul dari Batu besar yang terbelah dan keluarlah dia. ‘mas ini reinkarnasi Kera Sakti ya?’
‘maksud mas saya ini mirip kera ya?!’ jawab dia, dikira aku mengejek.
‘e,,, enggak mas enggak kok.’ Baru aja kenalan udah mau ribut. ‘rumah mas ini dimana sih?’
‘rumah ku di kota Batu, sebelah wana wisata Batu Night Spectacular,’
Ternyata dia asalnya dari kota Batu, bukan berasal dari batu kayak Kera Sakti itu. Terlepas Dia Kera Sakti atau bukan, aku berjabat tangan dengan teman baru yang ketiga, namanya Ali, dia berasal
~ 36 ~
dari Sidoarjo, dia suka mendengarkan ceramah K.H Anwar Zahid. Jabat tangan keempat dengan teman baru adalah dengan Ni’am, dia juga berasal dari lamongan. Yang menjadi pertemanan aku dan Ni’am jadi lebih spesial adalah ternyata kita satu jurusan. Setelah aku selesai perkenalan dengan semua teman baru yang masih terlihat jaim-jaiman, seperti hubungan pacaran yang masih satu hari, aku masukkan semua barang bawaan dari koper ke dalam lemari khusus milikku. Aku lihat di meja banyak makanan ringan, seperti: biskuit Roma, Malkist Crackers, dan beberapa macam keripik lainnya. Mereka rupanya sengaja membawa semua itu dari rumah untuk dimakan bersama. Aku sendiri gak bawa makanan apapun dari rumah, takut disangka aku orangnya pelit, akhirnya inisiatif muncul untuk mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam koper, ‘mas-mas ini mas sempak silakan dimakan! masih baru loh!’.
Malam pertama di asrama aku merasakan kehangatan dengan teman-teman baru, berbeda dengan malam-malam sebelumnya, yang hanya di kamar galau ngenes. Setidaknya dengan banyak teman ini aku bisa sedikit agak lupa bayang-bayang mantan yang menghantui setiap saat.
Malam itu tidurku lumayan nyenyak dengan kasur baru yang empuk.
Beberapa hari kehidupan baru di asrama berjalan berlalu, seminggu awal masih belum masuk ke perkuliahan. Aku alami masa-masa ospek yang kuanggap acara sampah yang gak penting.
~ 37 ~
Aku sedikit jijik melihat senior-senior berwajah kampung yang sok menyombongkan organisasi dengan bendera warna-warninya.
Di dalam acara ospek sampah saat itu, secara tidak sengaja aku bertemu dengan Widya. Widya adalah teman SMP aku dulu. Sudah 3 tahun kita jarang ketemu, terakhir ketemu adalah saat bukber tahun 2013.
‘Hai! Widya kan,’ sapa aku dari belakang.
‘Adib, kamu kuliah disini juga?’ dia berbalik badan, spontan menjawab dengan sedikit kaget.
‘Iya aku juga kuliah di sini,’
‘Lama ya kita gak ketemu, kamu tambah tinggi aja, dulu waktu SMP kamu masih sepundakku, Lah sekarang tinggian kamu. Rambutmu sekarang juga udah agak beda,’
Aku dulu SMP memang pendek, jelek, berambut kriting, dan suka ngutil makroni di kantin. Itu sebabnya gak ada satupun cewek yang mau sama aku waktu itu.
‘Iya ya. Mungkin ini karena aku keseringan minum Kiranti, hehehe’
Kita ngobrol ngalor-ngidul, mulai dari membahas jurusan yang kita ambil, sampai membahas kenapa Nassar cerai dengan Muzdalifah. Obrolan kita terhenti karena harus lanjut mengikuti acara ospek sampah itu. Kita saling bertukar nomor Whatapp. Jujur dengan penampilan berhijabnya sekarang dia terlihat lebih cantik dari SMP dulu.
Di tengah malam yang hening. Lampu utama kamar telah dimatikan, berganti lampu belajar kecil berwarna merah yang
~ 38 ~
sekarang dihidupkan. Tampak semua teman sudah terlelap, di mana mereka telah selesai bertelfon ria dengan pacarnya masing-masing, mereka semua kelihatan sudah terselimuti selimutnya. Aku masih belum tidur. Menatap langit-langit kamar. Kasur busa ini baru 7 hari aku tiduri, masih empuk, masih sangat nyaman untuk dibuat berlama-lama tidur disini, tapi aku tahu berbulan-bulan lagi kasur busa ini akan berganti menjadi kempes jika setiap hari ditiduri, sehingga tidak nyaman lagi untuk ditiduri, dan aku mencari kasur lain yang lebih empuk dan nyaman. Entah kenapa kalimat ditiduri menjadi terlihat agak porno. Aku terlentang di atas kasur. Aku berpikir kasur busa ini sama halnya dengan hubunganku yang terjalin dengan mantan. Di mana di awal hubungan baru kita dulu semua terjalin dengan nyaman, hingga berbulan-bulan kemudian salah satu diantara kita memilih berganti ke hati baru yang lebih nyaman. Aku bak kasur busa yang awalnya empuk dan nyaman hingga berganti menjadi kasur kempes yang tidak nyaman. Jika memang aku adalah kasur busa, maka jangan salahkan aku sebagai kasur yang menjadi kempes, tapi salahkan orang yang membuatku kempes.
Seiring kehidupanku di asrama kampus ini sudah berjalan 7 hari, berarti aku telah berganti dari seorang siswa menjadi mahasiswa. Dari berbagai perjalan yang telah kualaimi, aku telah banyak mengalami pergantian. Pergantian pandangan dan pergantian fase kehidupan. seperti aku yang berganti dari anak SMP yang pendek (lebih pendek dari Widya) dan berambut kribo sekarang telah jadi remaja yang tinggi (melibihi tinggi Widya), dan rambutku telah agak lurus karena kebanyakan pakai pomade. Juga dalam band yang awalnya aku adalah seorang gitaris berganti menjadi seorang trompetis. Dan juga aku saat ini telah berganti
~ 39 ~
kamar, dari kamar di rumah yang aku tempati sendirian sekarang berganti kamar asrama yang aku tempati tidak sendirian.
Dan terakhir aku juga telah berganti dari seorang remaja 2 tahun lalu, di mana awal aku menyatakan perasaan kepada mantan di pinggir pantai sipelot yang berujung bahagia karena dia menerimanya, namun kini telah berganti menjadi galau karena ditinggalkannya.
Sebelum aku tidur, aku kembali berpikir. Dari pergantian-pergantian tadi aku telah menjadi orang yang baru, menjadi orang yang berbeda dengan sebelumnya. Disaksikan udara malam yang dingin aku menarik selimut, dan bersiap memejamkan mata. Bersamaan dengan mataku yang terpejam di malam yang dingin itu aku berjanji, bahwa sudah saatnya untuk hatiku berganti dari dia (baca: mantan) ke tempat lain. Berganti bisa jadi ke orang lain yang baru. Dan berganti bisa juga dari ada menuju tiada.
Pagi yang cerah menyapa. Hari pertama perkuliahan dimulai.

Komentar

Postingan Populer